top of page

Representasi Emma Slade Edmondson Untuk Menjadi Berwarna dalam Sustainable Fashion

Writer's picture: Eco WearEco Wear

Emma Slade Edmondson, seorang Creavite Consultant bidang Fashion. Sumber: clothesandtherest.com

“Ketika saya masih muda, ibu saya memberi tahu saya bahwa saya memiliki 'kaki wanita'”, kata Emma Slade Edmondson seorang Creative Strategist dan Consultant, serta mantan advokat slow fashion Instagram di London, UK.


Emma melewati pengalaman dalam hidupnya dimana ia merasa “berbeda” karena ia seorang wanita berkulit hitam dan memiliki perasaan Insecure dalam hidupnya.


Sekitar tahun 1990 akhir ketika Emma masih duduk di bangku sekolah menengah, dimana mayoritas yang bersekolah disana ialah gadis berkulit putih. Baginya, ia hanyalah wanita yang terlihat karena alasan yang salah dan tidak pernah dilihat oleh laki-laki sehingga membuat dirinya menarik diri dari lingkungannya.


Berfikir tentang tumbuh dengan perasaan Insecure dan menjadi berbeda mengingatkan Emma bahwa hadir dalam perbedaan itu penting, tidak hanya untuk dirinya namun untuk semua gadis dan wanita yang merasa berbeda di luar sana.


Ibu Emma pernah mengatakan kepadanya untuk tidak pernah merasa khawatir bahwa ia memiliki kaki yang tebal dan kuat dimana teman-teman lainnya memiliki kaki yang lembut, halus dan tidak memiliki bulu kaki. Dimana suatu hari nanti gadis lainnya akan mendambakan semua hal yang Emma miliki, yang saat itu terasa malu baginya.


Namun akhirnya, bagi Emma salah satu cara agar terlihat sebagai remaja adalah pakaian. Ia jatuh cinta pada Fashion dan mulai memakai baju lama milik ibunya. Baginya baju lama terlihat original walaupun terkadang aneh baginya, namun ia merasa cocok memakinya pada saat usia dia menginjak 20-an tahun.


Saat ini Emma melakukan banyak pekerjaan di Sustainable fashion dan ia tahu apa yang dilakukannya itu bermakna baginya.


“Saya benar-benar percaya bahwa melihat representasi diri Anda di ruang pendidikan dan profesional itu penting dan itulah mengapa saya akan selalu mendorong suara saya untuk hadir. Saya ingin dilihat dan didengar...” jelas Emma.


Menurutnya, pengalaman pribadi selama ia berada di lingkungan ini adalah sering kali terasa seperti komedi putar. Dimana Emma meresa mereka yang berbicara mengenai Sustainable Fashion dan cara menerapkan Sustainable selalu dari orang-orang yang sama, orang yang terlihat, dan yang seakan-akan tahu banyak mengenai mode berkelanjutan. Hal ini mengejutkan bagi Emma, mengingat bahwa orang-orang yang benar-benar membuat pakaian kita sebagian besar adalah wanita berkulit hitam.


“Bagaimana dengan orang-orang yang secara budaya lebih berhubungan dengan orang-orang yang membuat pakaian, namun mereka tidak merasa ‘Sustainable’ karena mereka tidak melihat representasi orang-orang yang membicarakan tentang ‘Suistainable Fashion’,” kata Emma.


Akhirnya, ketika Emma melihat kembali masa lalunya dimana ia merasa Insecure di masa mudanya, ini mengingatkannya kembali bahwa merasa berbeda dapat menciptakan ketidakamanan bagi seseorang. Ia ingin mengambil kekuatan dalam hal itu bahwa menjadi kaum minoritas dan menyuarakannya itu penting. Emma ingin gadis-gadis lain diluar sana tahu bahwa perbedaan itu bisa menjadi kekuatan, aset, dan kekuatan yang harus diperhitungkan.



Emma ketika menggunakan Mara Hoffman Dress. Photo by: Phill Taylor. Sumber: whowhatwear.com

Berikut tips bagi Emma ketika ingin menemukan karya terbaik di Charity Shop adalah


“Saya suka masuk dan berpikir saya akan pergi ke pesta pernikahan, atau saya akan makan malam, atau apa pun itu, dan saya akan mengambil sesuatu dari lemari pakaian saya dan memiliki gambaran tentang gaya barang yang saya cari. Mungkin itu perasaan atau getarannya.”


“Anda juga harus menikmatinya, tidak seperti fast fashion di mana orang tidak terlalu menikmati pengalaman fashion mereka karena bersifat transaksional. Ini tentang merasakan materi dan mencoba berbagai hal. Buatlah satu hari untuk itu dan berikan diri Anda waktu untuk bersantai.” Tambahnya.












Sumber:





 

Hening Laila Husna - 210104180088

23 views0 comments

Comments


  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Thanks for submitting!

bottom of page